6.10.2013

Apa kabar hati?


Tiga hari lalu, saya menemukan coklat chacha di dalam lemari pakaian. Ada sebuah surat  yang tertempel dan bertengger pada bagian topi chacha.
“Niwak (Nita Wakan), apa kabar hati hari ini?”

Sebuah pertanyaan yang bahkan belum pernah saya tanyakan pada entitas tertunjuk (hati). Si pengirim surat tampak lebih peduli dari si pemilik hati.

Apa kabar hati hari ini? Sebuah pertanyaan yang mulai saya tanyakan pada hati saya sejak tiga puluh enam jam yang lalu. Bagi saya, itu adalah sebuah pertanyaan yang lebih sulit dibanding pertanyaan tentang pajak yang ditangguhkan (indeferred tax)

Mengenali hati sendiri masih menjadi PR buat saya hingga hari ini dan membuat saya lebih suka jadi penyendiri. Orang-orang di sekitar pun sadar akan hal ini. Atau mereka yang terlalu peduli?

“Senyum Niwak yang hilang.”

“Jadi pendiam.”

“Nggak kedengeran lagi suaranya.”

Tentu bukan tanpa sebab. Entah fase apa yang sedang saya alami saat ini. Saya jadi suka berjalan sendirian, memotret, bercakap dengan tukang parkir, pedagang, anak-anak kecil yang sedang bermain sepak bola, dan manusia-manusia lain yang belum pernah saya kenal.

Mungkin ini adalah bagian dari pemberhentian sejenak pelbagai rutinitas dan sistem yang melekat.

Jadi, apa kabar hati hari ini?
SHARE:

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© Mettle in Perspective. All rights reserved.
Blogger Templates made by pipdig