10.02.2014

Sharing Session bersama BKLASS mengenai 'Achievement'

Tulisan ini dibuat oleh Kak Reza Amaludin (CEO StudentsXCEO Yogyakarta Representative 2013). Matur nuwun, Kak, sudah diberikan kesempatan untuk bisa sharing dengan teman-teman BKLASS (Balairung Klaten Association) bulan Juni 2014 lalu.

Semoga bermanfaat, ya. :)





Bklass Sharing Shareng : Achievements with Nita Wakan

Berawal dari keinginanya memiliki gadget impian “IPAD” dan “BB”, ia memulai perjalanan prestasinya. Nita memiliki latar belakang keluarga yang memang tidak memfasilitasinya untuk mempunyai gadget yang terbilang mahal tersebut. Ia juga berada di lingkungan pertemanan yang membuatnya “iri” untuk memiliki gadget tersebut, menimbulkan keinginan untuk mendapatkanya dengan jalan lain, yaitu dengan mengikuti lomba. Pada akhirnya, IPAD dan BB idaman berhasil didapatkanya dari menjuarai dua lomba yang berbeda.

Namun, pandanganya mengenai prestasi berubah saat ia menjadi bagian dari PPSDMS Nurul Fikri Yogyakarta. Di sana ia dilatih agar tidak menjadi “Balon Kosong”, yaitu istilah untuk orang yang berprestasi namun hanya asal juara dan terkesan hanya mencari “hadiah”. Akhirnya ia mengubah haluan dengan mengikuti lomba yang memang sesuai bidang dan cita-citanya, yaitu menjadi guru dan konsultan bisnis.

Nita menyarankan kita untuk menguasai dua hal, yaitu “Bahasa Inggris” dan “Media”. Karena dua hal itu yang membuatnya mengetahui peluang-peluang event, conference atau lomba bergengsi yang bertaraf Internasional. Salah satu website rekomendasinya adalah http://conferencealerts.com. Menurutnya, penting bagi mahasiswa untuk mengikuti kegiatan yang bukan hanya tingkat nasional, namun juga Internasional.



Question & Answer

Apakah pernah merasa gagal?

Pernah, sering malah. Kegagalan terbesar adalah saat saya kelas 3 SMA. Waktu itu saya ingin sekali masuk ke Fakultas Kedokteran UI, saya merasa mampu saat itu, namun ternyata saya gagal. Teman saya yang nilainya sedikit di bawah saya justru yang diterima. Karena waktu itu saya terlalu pede dan malah tidak belajar, magang di Kompas MuDA dan Provoke! Magazine. Waktu itu saya merasa down. Malu. Hingga tidak ingin keluar kamar.

Saya berubah saat ayah saya berkata kepada saya “Kakak, sejauh ini ketika Ayah jatuh dan tidak bisa mendengar lagi (tuli), Kakak yang selalu semangatin Ayah, sekarang gantian, Kakak jatuh, kakak juga harus bisa semangat. Apa artinya jika Ayah dan Mamah mempunyai doa yang tinggi untuk Kakak, kalau Kakak tidak semangat, doanya ga akan sampai. Tegangan doanya ga sinkron. Kakak juga harus semangat.”

Seketika itu saya ubah mental saya, saya putar lagu-lagu penyemangat, saya pasang target-target yang membuat saya yakin bahwa saya bisa. Saat itu adalah turning point saya.

Saat itu saya sadar dan percaya bahwa tidak ada kegagalan, yang ada hanyalah proses belajar untuk memperbaiki kesalahan.



Adakah saran untuk mahasiswa yang memiliki passion dan background ilmu yang berbeda?

Kita sebagai mahasiswa, terlebih sebagai seorang muslim, harus bisa profesional. Kita harus bisa berprestasi, namun akademik juga harus bagus. Jika belum tahu mana yang terbaik, apakah akan mengejar passion atau ikut jalur profesional, cobalah untuk
mengikuti perlombaan atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan dua hal tersebut. Coba dulu saja. Ikuti dengan totalitas.

Jika ada penawaran dan peluang, ambil saja karena kita belum tahu ke depan akan seperti apa. Bisa jadi dengan mengikuti kegiatan secara professional, di tengah jalan akan ditunjukan jalan yang terbaik, misalnya saja dipertemukan dengan teman-teman yang mempunyai mimpi sama.

Namun tetap harus professional. Mahasiswa UGM terlebih lagi. Masuk UGM juga merupakan salah satu mimpi yang harus dituntaskan. Lulus cumlaude kalau bisa.



Bagaimana cara mencari passion?

Saya yakin, hidup itu penuh dengan tanda-tanda. Saran saya, dekati Allah, karena Dia akan membantu kita menemukan jalan yang kita inginkan. Contohnya, saat saya ingin ke New York, ketika itu visa baru jadi H-1 flight, itu sangat mepet dan terkesan dadakan. Namun saya yakin sekali bahwa Allah mengijinkan saya ke NY. Dan memang akhirnya saya kesampaian pergi kesana.

Saya memiliki senior yang dia sering pergi kemana-mana, berprestasi di mana-mana. Dalam hati saya “kok bisa ya”. Waktu saya bertanya padanya, dia balik bertanya “kamu sholat dzuhur berapa rakaat?” saya jawab “4”, lalu dia berkata “Gimana mau bisa sukses, kamu aja melakukan hal yang sama dengan orang lain. Perbanyak rakaat, tambah dengan shalat sunnah, untuk manusia saya kita bisa kasih lebih, masak untuk Allah kita tidak bisa. Bagaimana Allah mau mengabulkan keinginan kita jika kita tidak dekat denganNya”.



Bagaimana caramu menyikapi tentang prestasimu dan kaitanya dengan doa orang tua?

Menurut saya, keberhasilan adalah doa dari orang tua juga. Maka, doa yang baik adalah doakan dahulu orang lain (keluarga, saudara, teman) baru setelah itu berdoa untuk kita.

Berprestasi memang membanggakan, namun saya tetap sering istighfar karena takut menjadi sombong. Ketika kita sudah sombong, maka kita akan masuk ke dalam comfort zone yang membuat kita lupa introspeksi diri dan buta dengan peluang-peluang di luar sana.



Mengikuti conference sampai ke luar negeri itu kan mahal, uangnya dapat dari mana?

Memang conference itu mahal, namun jika kita berusaha mencari lebih dalam, ada beberapa peluang conference yang bisa jadi gratis atau di cover biayanya. Maka dari itu, kita perlu kuasai media, saat ini banyak sekali info-info di website maupun social media.



Conferensi itu banyak, bagaimana cara kita memilih conference yang bermanfaat untuk kita?

Dalam memilikih conference harus selektif, karena terkadang banyak penyelenggara yang kurang terpercaya. Usahakan mengikuti conference dari pihak terpercaya, seperti dari Harvard atau PBB.

Kalau masalah bermanfaat atau tidak, itu kembali ke kita pribadi. Kita lah yang harus membuat conference itu bermanfaat. Jika kita mau berbuat lebih seperti berkenalan dengan mahasiswa asing, bertukar kartu nama, menjalin networking, maka manfaat pasti kita dapatkan. Selain dari materi yang disampaikan, conference menyediakan peluang networking yang menguntungkan, seperti bekerja sama dalam sebuah project bersama orang luar, bertukar informasi event atau sekedar menjalin relationship ketika suatu saat akan berkunjung kembali ke luar negeri.



Gimana caranya manajemen waktunya?

Yang saya lakukan adalah yang saya sukai, dan kebetulan passion saya berhubungan dengan akademik, yaitu akuntansi. Jadi saya merasa nyambung dan semangat.

Saya memiliki agenda harian, saya catat “to do list” dalam sehari. Saya yakin bahwa “manusia memiliki kekuatan super”, kita sebenarnya bisa melakukan banyak hal sekaligus. Sering kali saya merasa amaze saat sebelum tidur saya lihat agenda dan ternyata agenda saya yang padat bisa saya selesaikan.

photo 2(1)



Kenapa sih harus berprestasi?

Saya memiliki cita-cita untuk memajukan Islam. Saya tidak hanya ingin menjadi penonton, saya ingin menjadi pemain. Saya ingin berjuang di jalan Allah, maka saya harus memiliki kompetensi yang tinggi agar suara saya “didengar”.

Jika kita berjuang untuk agama kita, maka Allah akan menunjukan jalanya. Saat di forum International Youth Finance, saya mendapatkan DreamBanks Award. Saya mendapat kesempatan untuk melakukan speech di hadapan dubes luar negeri. Saat itu saya beranikan diri untuk mengucap salam dalam bahasa arab.

Saya berusaha melakukan dakwah, walaupun kecil namun saya merasa bangga akan hal tersebut.



Apa saran kamu saat ngerasa down?

Saran saya, dekatkan diri kepada Tuhan. Jika muslim, mengajilah. Kalau kita down, berarti hati kita sedang kosong, maka perlu diisi dengan hal yang positif, dekatkan diri kepada Allah.

Moto saya, “Luruskan niat, lakukan pada puncak kemampuan”. Saya selalu berusaha untuk melakukan semaksimal mungkin. Tidak perlu menjadi yang terbaik agar dapat mengalahkan orang lain, atau agar dilihat orang banyak, namun dengan mengalahkan diri sendiri maka akan menimbulkan semangat tersendiri bagi saya.
Pesan penutup?

Dekatkan diri pada sang Pencipta, muliakan kedua orang tua.

Selalu keep contact dengan orang tua, setiap hari lakukan komunikasi dengan beliau. Cara termudah adalah selalu sms orang tua setiap hari. Untuk balas sms teman saja kita bisa setiap hari, masak untuk orang tua sendiri kita tidak bisa.

Jika kita memuliakan Allah dan orang tua, maka akan dimudahkan jalan kita.

(Writer and Layout by Reza Amaludin)
SHARE:

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© Mettle in Perspective. All rights reserved.
Blogger Templates made by pipdig