Sumber: http://instagram.com/tsamaradki |
“Soekarno memberi perumpamaan bahwa laki-laki dan perempuan seperti dua sayapnya seekor burung, Nit, saling melengkapi untuk bisa terbang tinggi.” ujar Tsamara ketika kami membicarakan Sarinah, salah satu kumpulan tulisan Soekarno.
Sammy, begitu panggilan akrab kami untuknya. Banyak dalam
kesehariannya Sammy mengutip perkataan Soekarno, salah satu tokoh nasionalis yang ia kagumi lekat-lekat. Di Bawah Bendera Rakyat bak sebuah
kitab suci
yang sudah habis ia lahap.
Suatu kali Sammy pernah bertanya, “Siapa tokoh nasional yang lo suka, Nit?”
“Buya Hamka.” jawab
saya.
Lalu obrolan kami berlanjut sampai pada bagaimana Soekarno
dan Hamka memiliki banyak perbedaan pendapat, begitu lantangnya Hamka melawan
pemerintahan saat itu hingga Soekarno mengirim Hamka ke penjara selama 2 tahun
4 bulan. Akan tetapi di akhir hayatnya, Soekarno meminta Hamka menjadi imam
shalat jenazahnya.
“Bila aku mati
kelak, aku minta kesediaan Hamka untuk menjadi imam shalat jenazahku.”
pinta Soekarno.
Kita belajar dari bapak-bapak bangsa, bahwa perbedaan
ideologi politik tidak menjadikan kita hilang rasa untuk memanusiakan manusia
lain, masih ada ruang diantara mereka
untuk bisa
saling memahami dan memaafkan, hingga kita rupanya perlu banyak belajar soal kebesaran hati dari mereka.
Saya mengenal Sammy jauh sebelum
wajah dan visi misinya muncul pada banyak poster serta spanduk yang terpampang di sepanjang selatan jalanan ibu kota. Siapa saja yang pernah berbicara empat mata dengannya akan bisa merasakan kekuatan, ketulusan dan keseriusannya dalam berpolitik. Ia pun membuktikannya dengan terjun ke dalam politik praktis di usia dua puluh satu tahun dan bergabung dengan partai yang menjadi cinta pertamanya dalam berpolitik.
wajah dan visi misinya muncul pada banyak poster serta spanduk yang terpampang di sepanjang selatan jalanan ibu kota. Siapa saja yang pernah berbicara empat mata dengannya akan bisa merasakan kekuatan, ketulusan dan keseriusannya dalam berpolitik. Ia pun membuktikannya dengan terjun ke dalam politik praktis di usia dua puluh satu tahun dan bergabung dengan partai yang menjadi cinta pertamanya dalam berpolitik.
17
April 2019 kemarin menjadi salah satu pencapaian terbaik demokrasi negeri ini.
81% dari 190 juta rakyat Indonesia yang memiliki hak suara datang ke
bilik-bilik pemilu untuk memilih calon pemimpin bangsa ini lima tahun kedepan.
Ini semestinya menjadi sebuah pertanda baik, kepedulian kita semakin naik.
Maka
jangan
kalah, Sam. Jangan kalah jika tiba saatnya dimana
politik tidak lagi mempersilahkan kita mengenali siapa lawan siapa kawan.
Jangan kalah jika suatu hari kendaraan yang dinaiki tidak menuju arah yang sama,
tidak memperjuangkan nilai yang sama, pun bertentangan dengan hati nurani. Jangan
kalah dengan keinginan untuk menguasai kursi di Senayan, jangan kalah dengan ajakan berkompetisi mengalahkan partai lain untuk bisa merebut suara rakyat, merebut hati rakyat. Ada
tujuan yang lebih besar dan mulia dari itu, memperjuangkan hak-hak rakyat. Juga,
jangan kalah dengan ribuan pujian, Sam.
Kita
pernah bicara bahwa kita akan bangun bangsa ini dengan peran kita
masing-masing. Memperjuangkan hak-hak perempuan dan keterwakilan kepemimpinan
perempuan di berbagai sektor. Jalan yang kamu pilih, Sam, adalah sebuah jalan
juang yang akan meminta segalanya. Jangan pernah bergantung dengan siapapun,
Sam, kecuali dengan Yang Maha Menguasai. Siapapun bisa meninggalkan kita, tapi
tidak dengan Yang Maha Memiliki. Ada banyak orang yang menyayangimu, Sam, tapi jangan kalah dalam menghadapi orang-orang yang tidak
menyukaimu, yang ingin menjatuhkanmu, hingga yang ingin menggunakanmu untuk
mencapai kepentingan pribadinya. Mereka ada untuk menguji langkah kita dan
menjadikannya semakin kuat. Maka, aku berdoa agar Yang Maha Melindungi selalu
melindungimu dan mengiringi setiap langkahmu..
Soekarno
pun mengakui, perjuanganku lebih mudah
karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan
bangsamu sendiri.
Hamka
mengingatkan kita, tugas kita bukanlah untuk berhasil, tapi untuk berjuang.
Cinta itu perang, perang hebat di dalam rohani manusia. Bila jiwa yang suci
beroleh kemenangan, kelak akan didapati seorang yang tulus, ikhlas luas faham,
sabar dan terang hati.
Teruslah
berjuang dengan sebaik-baik perjuangan, selamat hari kartini, Sam.
Selamat
menjadi Kartini dengan versi terbaik kita.
Peluk
hangat dari Utan Kayu,
Nita
dan pejuang kecil di dalam perut,
21
April 2019
Tidak ada komentar
Posting Komentar