12.24.2010

Kisah iPad, Nokia, & BlackBerry

Ini tentang kisah iPad, Nokia & BlackBerry yang jatuh ke tangan seorang manusia biasa. Yang diantara ketiganya punya cerita tersendiri.


Kisah iPad
Untuk mengetahui apa itu iPad, silahkan klik --> iPad.



Setiap kali mendengar, melihat, bahkan mengetik huruf yang membentuk kata iPad, hati saya bergidik. Sore menjelang senja waktu itu, saya menerima kiriman sms yang menyatakan saya berhasil memenangkan sebuah kontes menulis yang diselenggarakan oleh Pesta Blogger bekerjasama dengan JCU Singapore. Saya mendapat kategori most creative writing atau tulisan paling kreatif. Dan itu artinya saya berhak mendapat sebuah iPad!

Klik --> tulisan (untuk membaca tulisan yang saya lombakan)
Klik --> pengumuman (untuk melihat hasil pemenang)


Saya langsung sujud syukur. Alhamdulillahirabbil alamin, sebut saya terus menerus dalam hati. Saya jadi agak heboh dan lepas kendali. Meski di rumah seorang teman, saya tetap teriak-teriak kegirangan, “Dina, Nurul, aku dapat iPad, iPad!!!”

Ibu teman saya pun sampai bertanya, “Din, itu teman kamu kenapa?” Mirisnya, saya jadi kehilangan etika dan moral bertamu di rumah orang karena teriakan-teriakn yang menganggu.

Sepersekian menit dari luapan emosi kebahagiaan yang saya tunjukkan, sebuah sms dari pengirim yang sama masuk, ia memberitahukan bahwa hadiah di oper ke peringkat 2 karena saya tidak menghadiri acara pengumuman pemenang dan penyerahan hadiah. Karena saya tidak menghadiri acara pengumuman pemenang sekaligus penyerahan hadiah maka saya TIDAK mendapat hadiah (baca: iPad).



Entahlah, seperti tersambar petir, kilat, badai, dan hal-hal menakutkan lainnya. Hal mengejutkan masih datang bertubi-tubi karena si pengirim sms itu ternyata adalah orang yang berada di peringkat 2, Kak Lily-teman sekelas saya!


Duaaaaaarrrrr-seperti genderang mau pecah. Saya benar-benar bingung. Apa yang harus saya lakukan. Apa, apa yang harus saya lakukan?


Di tengah kebingungan yang mencekam, Kak Lily memberikan tawaran untuk menjual iPad tersebut kemudian hasil penjualan akan dibagi dua. Tanpa berpikir panjang, saya membalas: OKE.


Hei, kenapa saya balas oke?! Bukankah akan lebih bijaksana kalau saya mengatakan, “Tidak perlu, kak. Itu milik Kak Lily. Rezekinya Kak Lily. Saya ikhlas, kak.”
(Wee heng, Juri asal Singapore menghibur kesedihan saya:D)

Tapi seburuk apapun saya, sedikit apapun amal perbuatan saya di dunia yang fana ini, saya hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari dosa, juga dari nafsu duniawi. Astaghfirullah aladzim alladzi laa illaha illa huwal hayyul qayyum wa atuubu ilaih.


Dan tidak lupa saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Kak Lily yang bersedia membagi rezekinya dengan saya. Semoga Allah SWT membalas perbuatannya. Ini akan selalu saya ingat, Kak :)

#Moral: Selalu hadiri acara pengmuman pemenang dan penyerahan hadiah apapun meski kamu enggak yakin menang. Karena sebuah ketidakyakinan adalah keyakinan.



Kisah Nokia & Black Berry (BB)

Berbekal kesalahan di minggu sebelumnya, saya langsung tancap gas ke Gedung Pusat Telkomsel untuk menghadiri acara penyerahan hadiah ‘Program be a Reporter’ Telkomsel. Lomba essay tingkat pelajar dan mahasiswa se-Jabodetabek dengan tema ‘Aku Cinta Indonesia’.




Alhamdulillahirabbil alamin, saya mendapat sebuah BlackBerry. Itu artinya saya harus mengucapkan selamat tinggal kepada Pasangan jiwa saya: Nokia 6630 Silver.

Sebagai perkenalan, Nokia 6630 Silver yang telah menemani saya selama 5 tahun, memang sudah mengalami penuaan. Keypad atasnya telah rusak 2 tahun yang lalu. Namun karena kesetiaan yang saya miliki, saya tetap menerima ia apa adanya. Saya menerima ia SEUTUHNYA. Ini terbukti dengan casing asli, baterai asli, memory 64 MB asli, dan semuanya UTUH saya pakai selama 5 tahun.


Sempat terlontar sebuah lelucon dari teman saya, “HP lo boleh jadul nit, tapi punya iPad, HA-HA-HA.” maklum dia tidak tahu kisah-kasih saya dengan iPad yang berliku-liku.

Atau, “Ganti HP dong, Nit.” “Pakai BB dong, Nit.” “iPhone lah,Nit. iPhone.”



Dengan tegas dan penuh pengertian, saya membalas semua apa yang mereka lontarkan itu dengan, “Iya nih belum mau ganti, masih setia. 5 tahun lho!” Meski sebenarnya banyak sekali alasan lain di luar sebuah kesetiaan.

Sekarang dengan berat hati, sekali lagi saya harus mengakui, bahwa saya hanyalah MANUSIA biasa, yang juga ingin merasakan teknologi baru yang membuat beberapa teman saya keranjingan.

“Welcome home, BlackBerry Girl!” ucap beberapa teman saya di Messenger.

“Mana kesetiaan lo, Nit? Mana Nita yang gue kenal dulu. Yang setia, kuat, ceria……HA-HA-HA.” Ucap seorang teman di tengah ujian akhir semester.

#Moral: Manusia tidak pernah puas meski mengaku setia.
SHARE:

1 komentar

© Mettle in Perspective. All rights reserved.
Blogger Templates made by pipdig