9.12.2011

Dokter Akuntan

Beberapa teman beranggapan bahwa pilihan saya melanjutkan studi ke jurusan akuntansi adalah sebuah pelarian. Pelarian dari tidak diterimanya saya di Fakultas Kedokteran di beberapa Perguruan Tinggi Negeri. Saya hanya bisa tersenyum ketika hampir seluruh teman yang saya temui menanyakan hal yang sama, "Kok jadi akuntansi, Nit?"

Untuk mereka yang mengenal saya, tentu tahu, betapa inginnya saya masuk ke sekolah kedokteran. Betapa saya menulis banyak tentang keinginan saya di kedokteran, di blog, di kertas ulangan, dan tempat-tempat umum.

Sekarang, saya hanya bisa tertawa mengingat itu semua. Betapa mudahnya saya mengucapkan mimpi tanpa diikuti dengan action yang tepat.

Di saat teman-teman seperjuangan mengerjakan soal-soal try out snmptn dan sebagainya, saya masih sibuk dengan mencari berita, menulis artikel, dan magang di beberapa majalah. Saya hanya berpikir, nothing impossible. I can have it all at once.

But I was wrong. 'Nothing impossible' also has a natural law. If you want something, go get it. Focus. Go get it. Period.

Dan pertanyaan "Kok jadi akuntansi, Nit?", jawabannya pun masih sama.

Dulu sebelum masuk ke penjurusan IPA/IPS, setiap ditanya cita-cita, saya menjawab 'ingin jadi Gubernur Bank Indonesia'. Seiring berjalannya waktu dan berkutat dengan biologi, kimia, fisika, muncullah keinginan menjadi dokter. Saya bimbel sampai malem pun mengerjakan soal-soal IPA, buku-buku soal IPA bertumpukan di meja belajar.

Ketika saya gagal masuk kedokteran melalui seleksi pertama (SNMPTN Undangan), saya bertemu teman lama, Teguh Imam Dirgantara (STEI ITB) yang mengingatkan saya akan mimpi 'Gubernur BI'.

Seperti mendapat pencerahan dan saya langsung bersemedi di dalam kamar selama lima hari untuk menentukan pilihan apa saja yang akan saya jatuhkan untuk SNMPTN tertulis. Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahiim, saya memilih kedokteran dan akuntansi.

Bagi saya, menjadi dokter akan selalu menjadi salah satu keinginan terbesar hingga kapanpun. Dan akuntansi bukanlah sebuah pelarian, melainkan sebuah pilihan dan jawaban. Menjadi Gubernur BI pun bukanlah tujuan, melainkan pembangkit semangat.

Sehingga terimakasih untuk semua teman-teman yang ada ketika saya jatuh, ketika saya tidak berani keluar kamar karena malu tidak lulus, untuk semua teman yang menemani dan menyemangati saya belajar.

Untuk semua teman yang telah percaya. Terimakasih.


SHARE:

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© Mettle in Perspective. All rights reserved.
Blogger Templates made by pipdig