3.11.2013

Cara Keluarga

Seringkali, saya mendengar banyak orang dalam suatu perkumpulan berujar, “Buat saya, kalian adalah keluarga.”

Saya menjadi haru ketika seseorang mengatakan itu. Saya pun pernah berujar hal yang sama kepada sekelompok orang yang memang tidak ada hubungan darah dengan saya. Sampai suatu ketika, seorang teman menyadarkan saya soal kesakralan sebuah kata: keluarga.

“Buat saya kalian bukan keluarga. Maaf. Kita memang sering tertawa dan menangis bersama. Mengadakan event kecil maupun besar. Belajar dari nol bareng-bareng. Tapi bukan yang seperti itu yang bisa saya sebut sebagai keluarga. Buat saya, kalian adalah saudara.” ujar teman saya dalam farewell party suatu organisasi.

Teman saya itu mendikotomikan pemaknaan saudara dengan keluarga. Hal itu membuat saya mengacungkan tangan dan bertanya, “Dim, jadi siapa yang bisa lo sebut sebagai keluarga? Nyokap, bokap, sama adek lo aja?”

“Karena emang buat gue, cuma mereka yang bisa disebut keluarga. Ntar lo juga paham, Nit.”

Rasa-rasanya, sekarang saya paham. Cara keluarga memanusiakan kita sebagai manusia berbeda dengan cara yang digunakan oleh orang lain. Cara inilah yang akhirnya membantu kita membuat definisi tersendiri atas apa itu keluarga, saudara, sahabat, teman, dan orang lain. Cara itu berbeda-beda dan saling membedakan.
SHARE:

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© Mettle in Perspective. All rights reserved.
Blogger Templates made by pipdig