3.12.2010

Roda Kehidupan & Kertas Ujian


Pernahkah kalian ingin berteriak di tepi jurang?
Atau di tepi laut, eh tepi pantai?
Yaaa.. apapun deh.

“Hidup itu seperti roda yang berputar, kawan.
Kadang di atas, kadang di bawah.”

Tapi bagaimana dengan roda yang bergerak dengan kecepatan sudut 40 rad/s, yang memiliki momen inersia 4 kgm2 dengan sebuah momen gaya 50 Nm. Berapa sudut putaran yang ditempuh setelah 6 sekon?

a. 225 radian
b. 240 radian
c. 315 radian
d. 465 radian
e. 3053 radian

Yaa kurang lebih seperti itulah yang rasanya membuat

saya ingin berteriak.
Itu hanyalah sebuah soal fisika pilihan berganda, teman-teman.
Lantas, apakah soal-soal seperti itu yang membuat saya ingin berteriak?

Bukan.

Meskipun belum tentu saya dapat menjawab soal itu, tapi bukan soal fisika dinamika rotasi yang sampai senang hati membuat saya ingin berteriak. Sekali lagi bukan.

Tapi masalah yang saya ataupun teman-teman hadapi saat ini, bisa saya ibaratkan seperti soal fisika pilihan berganda di atas.

Hidup itu ibarat selembar kertas putih. Selembar kertas soal ujian tengah semester yang baru saya lewati.
Di dalam selembar kertas putih itu terdapat soal-soal yang berjumlah puluhan. Seperti masalah dalam hidup kita ini.
Yang butuh penyelesaian.

Ketika kita tidak menemukan jawaban dari soal fisika, kimia, atau apapun. Ketika nilai yang kita temukan tidak terdapat dalam pilihan, kita akan menggunakan perasaan kita. Menebak-nebak.
Tang-ting-tung sampai yang paling kuno: menghitung kancing.
Sekalipun kita menyontek atau bertanya pada teman, kita sendiri lah yang akan memutuskan,
Lingkaran manakah yang akan kita hitamkan.

Masalah dalam hidup ini,
ketika tidak bisa lagi kita selesaikan dengan logika,
Kita akan berlari pada hati. Pada perasaan.

Mau hati yang bersih (percaya pada jawaban sendiri) atau hati yang kotor (mengambil jawaban teman lalu berpikir lagi), soal itu harus kita jawab atau kita mau menanggung malu karena remedial?

Ketika kita mengalami stuck (kebuntuan), kita memilih satu jawaban yang kita anggap “ah...udahlah ini aja.”
Ternyata setalah membuka buku atau bertanya kepada teman yang pintar, jawaban kita BENAR!
Betapa bahagianya kita.
“Alhamdulillah.” atau “Betapa beruntungnya saya.”

Ingat, teman-teman.
Setiap permasalahan PASTI ada penyelesaiannya.
Tapi hati-hati, selalu ada banyak pilihan lain yang bisa membuat kita salah.
Seperti kenapa diciptakannya soal pilihan berganda yang tak lain tak bukan adalah untuk mengecohkan jawaban kita.

Dan kenapa juga saya menulis hal-hal seperti ini?
Karena saya ingin memotivasi diri saya sendiri.

Ingat, ketika tidak ada lagi orang yang bisa memberimu motivasi,
Kamu masih punya dirimu sendiri,
Dan yang terpenting, kamu masih punya Allah.
Yang enggak akan pernah meninggalkanmu sendirian.

Tahukah teman-teman, bahwa setiap keputusan apapun yang kita buat,
Telah tertulis di lauh mahfuz
Jadi jangan pernah takut membuat keputusan.
Percayalah, cahaya Allah selalu mengalir di dalam setiap darah kita semua.
Yang artinya, Allah selalu bersama di dalam setiap keputusan atau tindakan yang kita ambil.

Nanti teman-teman sendirilah yang bisa merasakan.
Perbedaan keputusan dan tindakan yang kita ambil saat kita mengingat Allah dan saat kita tidak mengingat Allah.


Ayooo Semangat!



SHARE:

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© Mettle in Perspective. All rights reserved.
Blogger Templates made by pipdig