5 Juni 2013 lalu, saya bersama si kuda putih main ke Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta. Saya mampir ke Masjid Gedhe Kauman yang berada di sebelah barat Kraton sembari menunggu waktu ashar.
Masjid ini cukup hidup. Di serambi masjid ada sekumpulan anak yang sedang belajar. Ada adik bayi yang belajar berjalan. Juga beberapa orang yang duduk santai menunggu adzan.
Beberapa tenda dan karpet pun terpasang di pelataran masjid.
Seorang tukang parkir menghampiri saya memberikan kartu parkir. Setelah ditelisik, tukang parkir mengatakan bahwa tidak lama lagi akan ada ritual
Yoso Pesi Buraq dalam rangka memperingati hari besar islam
Isra’ Miraj.
Benar saja, usai shalat ashar saya disuguhi sebuah prosesi budaya yang belum pernah saya lihat. Para abdi dalem membawa
ubo rampe yang berisi buah-buahan yang telah dikirab dari keraton menuju masjid untuk didoakan.
Ubo rampe diserahkan kepada kiai penghulu masjid untuk dibagikan kepada masyarakat yang hadir pada pengajian di malam sebelumnya.
Kliwon Ngadi Wiyadi, salah satu abdi dalem keraton mengungkapkan bahwa ritual ini diadakan setiap bulan rejeb kalender jawa Islam sejak puluhan tahun silam. Nama
Yoso Peksi Buraq artinya membuat burung
buraq.
Buraq adalah kendaraan Muhammad pada saat
Isra' (perjalanan dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem Palestina) dan saat
Mi'raj (perjalanan dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha atau langit ke tujuh untuk memenuhi panggilan Allah)
Jika pada peristiwa Isra' Miraj,
buraq merupakan kendaraan nabi tapi pada ritual ini,
buraq justru memiliki kendaraan yaitu para abdi dalem yang membawanya memasuki masjid.
Nah,
ubo rampe yang berisi buah tersebut menyimbolkan dua ekor burung sebagai
buraq jantan dan betina yang bertengger di taman surga. Dibuat dari kulit jeruk bali yang diukir menyerupai burung jantan dan betina. Pembuat
buraq ini haruslah puteri keraton yang sudah menikah.
Ubo rampe terdiri dari 8 macam buah-buahan tapi hanya 7 yang dihitung. Pisang raja spesial tidak masuk hitungan sebagai lambang Sultan pengayom masyarakat dan kawulanya. 7 macam buah tersebut yaitu jeruk bali, salak, manggis, rambutan, apel malang, jeruk pontianak, dan sawo. Semua buah yang digunakan adalah buah lokal dan bebas formalin. Jumlah buah sebanyak 7 melambangkan tingkatan surga atau pertolongan.
Yoso Peksi Buraq, sebuah budaya keraton Yogyakarta yang berusaha mengingatkan kita, para kawula, tentang
Isra' Miraj yang tidak mampu melampaui akal pikiran kita selain 'percaya' . Dan, ketika percaya semestinya tak ada lagi tanya. Karena (menurut saya) disitulah letaknya iman.